Kenali Perbedaan Gejala Kulit Mpox dan Biduran

Mpox, sebelumnya dikenal sebagai cacar monyet, dan biduran adalah dua kondisi kulit yang dapat menyebabkan ruam dan gejala mirip. Namun, keduanya memiliki penyebab, gejala, dan penanganan yang berbeda. Berikut adalah perbedaan utama antara gejala kulit mpox dan biduran:

1. Penyebab dan Penularan

a. Mpox:

  • Penyebab: Mpox disebabkan oleh virus cacar monyet, bagian dari keluarga Poxviridae. Infeksi ini dapat menular dari hewan ke manusia melalui kontak langsung dengan luka atau cairan tubuh hewan, dan dari manusia ke manusia melalui kontak langsung dengan luka atau droplet pernapasan.
  • Penularan: Penularan umumnya terjadi melalui kontak langsung dengan luka, lepuhan, atau cairan tubuh dari individu yang terinfeksi.

b. Biduran (Urtikaria):

  • Penyebab: Biduran disebabkan oleh reaksi alergi atau sensitivitas terhadap berbagai faktor, seperti makanan, obat-obatan, infeksi, atau gigitan serangga. Kondisi ini melibatkan reaksi histamin di kulit.
  • Penularan: Biduran tidak menular karena bukan infeksi. Kondisi ini merupakan reaksi tubuh terhadap pemicu tertentu dan tidak dapat ditularkan antar individu.

2. Gejala Kulit

a. Mpox:

  • Ruam Kulit: Ruam kulit pada mpox dimulai dengan bintil merah yang kemudian berubah menjadi lepuhan berisi cairan. Ruam ini biasanya dimulai di wajah dan menyebar ke bagian tubuh lainnya, termasuk tangan dan kaki.
  • Tahapan Ruam: Ruam mpox melalui beberapa tahapan: dari bintil merah, lepuhan berisi cairan, hingga kerak atau scab. Proses ini biasanya memakan waktu beberapa minggu.
  • Gejala Sistemik: Gejala awal termasuk demam, nyeri otot, dan pembengkakan kelenjar getah bening sebelum ruam muncul.

b. Biduran:

  • Ruam Kulit: Ruam biduran muncul sebagai bentol merah atau putih yang gatal dan bisa membesar atau menyusut dalam beberapa jam. Bentol ini biasanya berbentuk seperti bengkak atau benjolan dan bisa muncul di area yang berbeda-beda secara bersamaan.
  • Karakteristik Ruam: Ruam biduran cenderung bergerak dan berubah bentuk serta ukuran, dan sering disertai dengan gatal hebat.
  • Durasi: Biduran dapat muncul secara tiba-tiba dan hilang dalam beberapa jam atau hari, tergantung pada penyebabnya dan pemicu yang terlibat.

3. Gejala Lain dan Komplikasi

a. Mpox:

  • Gejala Lain: Selain ruam kulit, mpox dapat menyebabkan gejala sistemik seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, dan pembengkakan kelenjar getah bening. Infeksi ini dapat menyebabkan komplikasi jika tidak diobati, termasuk infeksi sekunder pada luka.
  • Komplikasi: Pada kasus yang parah, mpox dapat menyebabkan komplikasi serius, terutama jika sistem kekebalan tubuh terganggu.

b. Biduran:

  • Gejala Lain: Biduran biasanya tidak disertai dengan gejala sistemik yang berat seperti demam, namun pada kasus tertentu, gatal bisa sangat mengganggu dan mengganggu kualitas hidup.
  • Komplikasi: Dalam beberapa kasus, biduran kronis atau berat dapat mempengaruhi kualitas hidup secara signifikan dan memerlukan penanganan medis untuk mengatasi gejala dan mencari pemicu.

4. Pengobatan dan Penanganan

a. Mpox:

  • Pengobatan: Perawatan mpox melibatkan pengelolaan gejala, seperti pereda nyeri dan penanganan infeksi sekunder. Dalam kasus parah, pengobatan antivirus mungkin diperlukan.
  • Pencegahan: Vaksinasi cacar dapat memberikan perlindungan terhadap mpox.

b. Biduran:

  • Pengobatan: Pengobatan biduran biasanya melibatkan antihistamin untuk mengurangi gatal dan peradangan. Identifikasi dan penghindaran pemicu juga penting untuk mengelola biduran.
  • Pencegahan: Menghindari alergen atau pemicu yang dikenal dapat membantu mencegah timbulnya biduran.

Penyebab Beser pada Perempuan, Ketahui Cara Mengatasinya

Beser atau sering buang air kecil adalah kondisi yang sering dialami oleh perempuan dan dapat mengganggu kualitas hidup. Kondisi ini ditandai dengan dorongan yang kuat dan tiba-tiba untuk buang air kecil, bahkan ketika kandung kemih belum penuh. Berikut adalah beberapa penyebab beser pada perempuan dan cara mengatasinya:

Penyebab Beser pada Perempuan

  1. Infeksi Saluran Kemih (ISK) Infeksi saluran kemih adalah salah satu penyebab paling umum beser pada perempuan. ISK terjadi ketika bakteri masuk ke saluran kemih dan menyebabkan peradangan, yang mengakibatkan dorongan sering untuk buang air kecil, sensasi terbakar saat buang air, dan rasa tidak nyaman di daerah panggul.
  2. Kehamilan Selama kehamilan, rahim yang membesar dapat menekan kandung kemih, menyebabkan dorongan untuk buang air kecil lebih sering. Selain itu, perubahan hormonal juga dapat mempengaruhi otot kandung kemih dan uretra, meningkatkan frekuensi buang air kecil.
  3. Menopause Menopause menyebabkan penurunan kadar hormon estrogen, yang dapat melemahkan otot-otot panggul dan kandung kemih. Akibatnya, perempuan mungkin mengalami beser atau inkontinensia urine, yaitu ketidakmampuan untuk menahan buang air kecil.
  4. Otot Panggul yang Lemah Otot-otot panggul yang lemah, yang dapat disebabkan oleh persalinan, penuaan, atau obesitas, dapat menyebabkan masalah kontrol kandung kemih. Ketika otot-otot ini tidak dapat mendukung kandung kemih dengan baik, dorongan untuk buang air kecil bisa menjadi lebih sering.
  5. Minuman dan Makanan Tertentu Konsumsi kafein, alkohol, dan minuman bersoda dapat mengiritasi kandung kemih dan menyebabkan dorongan untuk buang air kecil lebih sering. Makanan pedas, asam, dan pemanis buatan juga dapat berkontribusi terhadap beser.
  6. Diabetes Diabetes yang tidak terkontrol dapat menyebabkan peningkatan kadar gula dalam darah, yang menyebabkan tubuh mengeluarkan lebih banyak urine untuk membuang kelebihan gula. Hal ini bisa menyebabkan beser pada perempuan.
  7. Konsumsi Obat-obatan Beberapa obat, seperti diuretik yang digunakan untuk mengobati tekanan darah tinggi, dapat meningkatkan produksi urine dan menyebabkan beser.

Cara Mengatasi Beser pada Perempuan

  1. Latihan Kegel Latihan Kegel dapat memperkuat otot-otot panggul, yang membantu meningkatkan kontrol kandung kemih. Latihan ini melibatkan kontraksi otot-otot yang digunakan untuk menghentikan aliran urine, dan sebaiknya dilakukan beberapa kali sehari.
  2. Atur Asupan Cairan Meskipun penting untuk tetap terhidrasi, mengatur asupan cairan, terutama sebelum tidur, dapat membantu mengurangi frekuensi buang air kecil. Hindari minuman yang dapat mengiritasi kandung kemih, seperti kopi, teh, alkohol, dan minuman bersoda.
  3. Konsultasi dengan Dokter Jika beser disebabkan oleh kondisi medis seperti ISK atau diabetes, penting untuk mendapatkan perawatan medis yang tepat. Dokter mungkin akan meresepkan antibiotik untuk ISK atau menyesuaikan pengobatan diabetes Anda.
  4. Latihan Kandung Kemih Latihan kandung kemih melibatkan mengatur jadwal buang air kecil dan secara bertahap meningkatkan waktu antara kunjungan ke toilet. Tujuannya adalah untuk melatih kandung kemih menahan urine lebih lama.

Adakah pantangan makanan penyebab eksim pada bayi yang perlu dihindari?

Ya, ada beberapa jenis makanan yang perlu dihindari karena dapat memicu atau memperburuk eksim pada bayi. Makanan ini bisa mempengaruhi kondisi kulit bayi melalui alergi makanan atau sensitivitas terhadap komponen tertentu dalam makanan. Berikut adalah beberapa pantangan makanan yang sering disarankan untuk dihindari pada bayi dengan eksim:

1. Susu dan Produk Susu

Susu sapi dan produk susu lainnya, seperti keju, yogurt, dan es krim, adalah salah satu penyebab alergi makanan yang paling umum pada bayi. Protein dalam susu sapi, seperti kasein dan whey, bisa menyebabkan reaksi alergi yang mempengaruhi kulit bayi dan memperburuk eksim. Jika bayi menunjukkan tanda-tanda eksim setelah mengonsumsi produk susu, sebaiknya hindari semua produk yang mengandung susu.

2. Telur

Telur, baik putih maupun kuning, juga sering kali menjadi pemicu eksim pada bayi. Protein dalam telur dapat menyebabkan reaksi imun yang menyebabkan peradangan dan kemerahan pada kulit. Jika ada riwayat alergi terhadap telur dalam keluarga, atau jika bayi menunjukkan reaksi setelah konsumsi telur, sebaiknya hindari makanan yang mengandung telur.

3. Kacang-Kacangan

Kacang-kacangan, termasuk kacang tanah, almond, dan walnut, adalah alergen potensial yang dapat memperburuk eksim pada bayi. Protein dalam kacang-kacangan bisa memicu reaksi alergi yang menyebabkan flare-up eksim. Jika bayi menunjukkan gejala setelah mengonsumsi kacang-kacangan, hindari makanan ini dalam diet mereka.

4. Kedelai

Kedelai dan produk berbasis kedelai seperti susu kedelai, tahu, dan tempe, dapat menyebabkan eksim pada bayi yang memiliki sensitivitas terhadap kedelai. Jika ada reaksi kulit atau gejala alergi lain setelah mengonsumsi kedelai, hindari produk yang mengandung kedelai.

5. Buah-Buahan Citrus

Buah-buahan citrus seperti jeruk, lemon, dan grapefruit mengandung asam yang dapat mengiritasi kulit bayi yang sensitif. Asam sitrat dalam buah citrus dapat memperburuk eksim, jadi sebaiknya batasi konsumsi buah-buahan citrus pada bayi.

6. Makanan Laut

Makanan laut seperti ikan dan kerang adalah alergen makanan yang dapat menyebabkan eksim pada beberapa bayi. Protein dalam makanan laut dapat memicu reaksi alergi yang berdampak pada kulit. Jika bayi menunjukkan gejala setelah mengonsumsi makanan laut, sebaiknya hindari semua jenis makanan laut.

7. Gandum

Gandum, yang terdapat dalam roti, pasta, dan sereal, dapat menjadi penyebab eksim pada bayi yang memiliki sensitivitas terhadap gluten atau protein dalam gandum. Jika bayi menunjukkan reaksi setelah mengonsumsi produk gandum, sebaiknya pertimbangkan untuk menghindari makanan yang mengandung gandum.

8. Madu

Madu dapat menyebabkan reaksi alergi pada bayi, terutama pada bayi di bawah usia 1 tahun. Meskipun madu tidak sering menjadi pemicu eksim, penggunaannya harus hati-hati karena bisa menyebabkan reaksi pada beberapa bayi.

9. Makanan yang Mengandung Pengawet dan Pewarna

Makanan yang mengandung bahan tambahan seperti pengawet, pewarna, dan perasa buatan dapat memperburuk eksim pada bayi. Bahan kimia ini bisa menyebabkan reaksi kulit dan meningkatkan peradangan. Pilih makanan yang segar dan bebas dari bahan kimia tambahan untuk mengurangi risiko.

10. Makanan Pedas dan Asam

Makanan yang sangat pedas atau asam dapat menyebabkan iritasi pada kulit bayi dan memperburuk eksim. Ini termasuk makanan yang mengandung cabai atau bumbu-bumbu yang kuat. Hindari makanan ini dalam diet bayi untuk menjaga kenyamanan kulit mereka.

Faktor yang memengaruhi pembakaran kalori saat lari

Faktor yang Memengaruhi Pembakaran Kalori Saat Lari

Pembakaran kalori saat lari dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berinteraksi satu sama lain. Memahami faktor-faktor ini dapat membantu Anda mengoptimalkan latihan lari dan mencapai tujuan kebugaran dengan lebih efektif. Berikut adalah beberapa faktor utama yang memengaruhi jumlah kalori yang terbakar saat berlari:

1. Berat Badan

Berat badan adalah salah satu faktor utama yang mempengaruhi jumlah kalori yang terbakar selama berlari. Orang yang memiliki berat badan lebih tinggi cenderung membakar lebih banyak kalori daripada mereka yang lebih ringan untuk jarak dan durasi yang sama. Ini karena tubuh yang lebih berat membutuhkan lebih banyak energi untuk bergerak. Misalnya, seseorang dengan berat 70 kg mungkin membakar sekitar 600 kalori dalam satu jam berlari dengan kecepatan moderat, sementara seseorang dengan berat 90 kg bisa membakar lebih dari 800 kalori dalam waktu yang sama.

2. Kecepatan dan Intensitas

Kecepatan berlari dan intensitas latihan memainkan peran penting dalam pembakaran kalori. Semakin cepat Anda berlari, semakin banyak kalori yang terbakar per menit. Lari dengan kecepatan tinggi atau melakukan latihan interval dengan periode intensitas tinggi akan meningkatkan pembakaran kalori. Berlari pada kecepatan 12 km/jam akan membakar lebih banyak kalori dibandingkan dengan berlari pada kecepatan 8 km/jam. Latihan interval atau sprint juga meningkatkan konsumsi oksigen dan metabolisme tubuh, yang berkontribusi pada pembakaran kalori yang lebih tinggi.

3. Durasi Lari

Durasi atau lama waktu berlari berpengaruh langsung terhadap jumlah kalori yang terbakar. Semakin lama Anda berlari, semakin banyak kalori yang akan dibakar. Sebagai contoh, berlari selama 30 menit dengan kecepatan sedang dapat membakar sekitar 300 hingga 400 kalori, sementara berlari selama satu jam bisa membakar 600 hingga 800 kalori tergantung pada kecepatan dan berat badan.

4. Medan dan Kondisi

Medan di mana Anda berlari juga mempengaruhi pembakaran kalori. Berlari di medan berbukit atau bergelombang membutuhkan lebih banyak usaha daripada berlari di permukaan datar. Ketika Anda berlari naik turun bukit, tubuh harus bekerja lebih keras melawan gravitasi, yang meningkatkan konsumsi energi dan kalori. Selain itu, berlari di luar ruangan dalam kondisi cuaca ekstrem, seperti panas atau dingin, juga dapat meningkatkan jumlah kalori yang terbakar karena tubuh harus beradaptasi dengan perubahan suhu.

Tanda dan gejala mengi

Tanda dan Gejala Mengi

Mengi adalah bunyi napas yang tidak normal, sering terdengar seperti suara siulan atau whistling saat bernapas. Mengi disebabkan oleh penyempitan atau penyumbatan di saluran pernapasan, yang mengakibatkan turbulensi aliran udara. Tanda dan gejala mengi bisa bervariasi tergantung pada penyebab yang mendasarinya, tetapi beberapa gejala umum dapat membantu dalam mengenali kondisi ini.

Tanda-Tanda Mengi

  1. Suara Napas Siulan:
    • Deskripsi: Suara mengi biasanya terdengar seperti siulan atau whistling yang muncul saat bernapas masuk (inhalasi) atau keluar (ekshalasi).
    • Lokasi: Bunyi ini dapat terdengar lebih jelas ketika mendengarkan dengan stetoskop di area dada atau punggung, tetapi sering kali juga terdengar oleh orang lain di dekat penderita.
  2. Kesulitan Bernapas:
    • Deskripsi: Penderita mengi mungkin mengalami kesulitan bernapas, yang dapat mencakup rasa sesak di dada atau ketidaknyamanan saat bernafas.
    • Frekuensi: Kesulitan bernapas ini bisa menjadi gejala yang mengganggu dan dapat bervariasi dari ringan hingga parah.
  3. Peningkatan Frekuensi Napas:
    • Deskripsi: Penderita mungkin bernapas lebih cepat dari biasanya sebagai respons terhadap kesulitan bernapas dan mengi.
    • Tindakan: Frekuensi napas yang meningkat seringkali menunjukkan upaya tubuh untuk mendapatkan cukup udara.
  4. Batuk:
    • Deskripsi: Batuk sering menyertai mengi, terutama jika penyebabnya adalah infeksi atau alergi.
    • Ciri-Ciri: Batuk dapat kering atau disertai dengan produksi lendir, tergantung pada penyebabnya.
  5. Rasa Sesak di Dada:
    • Deskripsi: Penderita mungkin merasakan ketidaknyamanan atau rasa tertekan di dada.
    • Sensasi: Rasa sesak ini dapat disertai dengan perasaan tertekan atau berat di dada.
  6. Warna Kulit atau Bibir Kebiruan:
    • Deskripsi: Dalam kasus yang lebih serius, kekurangan oksigen yang diakibatkan oleh mengi yang parah bisa menyebabkan perubahan warna pada kulit atau bibir.
    • Tindakan: Ini merupakan tanda darurat yang memerlukan perhatian medis segera.

Gejala Terkait Mengi

  1. Panas dan Keringat Dingin:
    • Deskripsi: Penderita mungkin merasa panas atau berkeringat dingin sebagai reaksi tubuh terhadap kesulitan bernapas.
    • Penyebab: Gejala ini bisa muncul karena stres atau ketidaknyamanan yang disebabkan oleh masalah pernapasan.
  2. Kelelahan atau Kelemahan:
    • Deskripsi: Cegukan yang berkepanjangan dan kesulitan bernapas dapat menyebabkan kelelahan atau rasa lemah karena tubuh bekerja lebih keras untuk bernapas.
    • Gejala: Kelelahan ini bisa disebabkan oleh kurangnya oksigen yang masuk ke tubuh.
  3. Nyeri Dada:
    • Deskripsi: Dalam beberapa kasus, mengi dapat disertai dengan nyeri dada, terutama jika terkait dengan bronkitis atau infeksi saluran pernapasan.
    • Ciri-Ciri: Nyeri dada ini bisa terasa tajam atau tertekan dan sering memerlukan perhatian medis.

Penyebab Mengi

  1. Asma: Mengi adalah gejala klasik asma, yang melibatkan peradangan dan penyempitan saluran pernapasan.
  2. Bronkitis: Peradangan pada bronkus dapat menyebabkan produksi lendir berlebih dan penyempitan saluran pernapasan.
  3. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK): PPOK menyebabkan penyempitan saluran pernapasan dan kesulitan bernapas.
  4. Infeksi Saluran Pernapasan: Infeksi seperti pneumonia atau ISPA dapat menyebabkan mengi.
  5. Reaksi Alergi: Alergi dapat menyebabkan peradangan pada saluran pernapasan dan menyebabkan mengi.

Faktor risiko patah tulang selangka

Patah tulang selangka, atau fraktur klavikula, dapat terjadi akibat berbagai faktor, dengan beberapa kondisi dan kebiasaan meningkatkan risiko terjadinya cedera ini. Faktor risiko tersebut meliputi faktor pribadi, aktivitas, dan kondisi medis tertentu. Berikut adalah penjelasan mengenai berbagai faktor risiko yang dapat menyebabkan patah tulang selangka:

1. Aktivitas Fisik dan Olahraga

a. Olahraga Kontak: Olahraga yang melibatkan kontak fisik langsung, seperti sepak bola, hoki, rugby, atau tinju, memiliki risiko tinggi menyebabkan patah tulang selangka. Dalam olahraga ini, benturan antar pemain atau jatuh dapat menyebabkan trauma pada bahu dan tulang selangka.

b. Olahraga Ekstrem: Olahraga ekstrem seperti skateboard, sepeda gunung, atau olahraga petualangan lainnya juga meningkatkan risiko patah tulang selangka. Aktivitas ini sering melibatkan risiko tinggi jatuh atau benturan yang bisa menyebabkan fraktur.

c. Aktivitas Harian yang Berat: Melakukan aktivitas yang melibatkan pengangkatan beban berat atau gerakan yang berulang kali mempengaruhi bahu, seperti pekerjaan konstruksi atau aktivitas yang memerlukan tenaga fisik, dapat meningkatkan risiko cedera pada tulang selangka.

2. Kondisi Medis

a. Osteoporosis: Osteoporosis adalah kondisi medis yang menyebabkan tulang menjadi rapuh dan lebih rentan terhadap patah. Penderita osteoporosis memiliki risiko lebih tinggi mengalami fraktur, termasuk pada tulang selangka, meskipun terpapar benturan ringan.

b. Penyakit Tulang Lainnya: Penyakit tulang lain, seperti osteomalacia (pelunakan tulang akibat kekurangan vitamin D) atau penyakit Paget, juga dapat melemahkan struktur tulang, meningkatkan risiko patah tulang selangka.

c. Kondisi Pertumbuhan: Pada anak-anak dan remaja, kondisi seperti displasia tulang atau gangguan pertumbuhan lainnya dapat mempengaruhi kekuatan tulang, meningkatkan risiko fraktur.

3. Usia

a. Lansia: Orang yang lebih tua cenderung mengalami penurunan kepadatan tulang seiring bertambahnya usia, menjadikan mereka lebih rentan terhadap patah tulang. Jatuh atau trauma ringan dapat menyebabkan fraktur tulang selangka pada orang dewasa yang lebih tua.

b. Anak-anak dan Remaja: Anak-anak dan remaja juga memiliki risiko lebih tinggi untuk patah tulang selangka, terutama karena mereka sering terlibat dalam aktivitas fisik dan olahraga, serta karena tulang mereka masih dalam tahap perkembangan.

4. Faktor Kecelakaan

a. Kecelakaan Mobil: Kecelakaan mobil atau tabrakan kendaraan dapat menyebabkan benturan langsung pada bagian atas tubuh, berpotensi menyebabkan patah tulang selangka. Benturan dengan kemudi atau kecelakaan yang melibatkan benturan keras dapat mempengaruhi tulang selangka.

b. Kecelakaan Jatuh: Jatuh dari ketinggian, baik dari tangga atau permukaan tinggi, sering kali menyebabkan cedera pada bahu dan tulang selangka. Jatuh dengan posisi bahu yang terkena dampak langsung meningkatkan risiko patah tulang selangka.

5. Faktor Risiko Terkait Cedera atau Penyakit

a. Cedera Pra-Kelanjutan: Jika seseorang sudah memiliki cedera sebelumnya pada bahu atau tulang selangka, maka risiko patah tulang selangka mungkin lebih tinggi akibat kelemahan atau kerusakan yang ada sebelumnya.

b. Kondisi Kesehatan Umum: Kondisi kesehatan yang mempengaruhi kekuatan dan kekuatan tulang, seperti gangguan endokrin atau malnutrisi, dapat meningkatkan risiko patah tulang selangka. Kurangnya nutrisi yang diperlukan untuk kesehatan tulang dapat memperlemah tulang dan meningkatkan kemungkinan fraktur.

Apa gejala hipertensi pada anak?

Hipertensi pada anak sering kali tidak menunjukkan gejala yang jelas, yang dapat membuatnya sulit untuk dideteksi tanpa pemeriksaan rutin. Namun, dalam beberapa kasus, anak-anak dengan hipertensi mungkin mengalami gejala atau tanda-tanda tertentu. Berikut adalah beberapa gejala dan tanda yang mungkin muncul pada anak-anak yang mengalami hipertensi:

1. Gejala Umum

a. Sakit Kepala

Sakit kepala, terutama yang sering terjadi atau parah, bisa menjadi salah satu gejala hipertensi pada anak-anak. Sakit kepala ini mungkin terasa berdenyut atau menekan dan dapat terjadi di bagian belakang kepala.

b. Pusing atau Vertigo

Anak-anak dengan hipertensi dapat mengalami pusing atau vertigo, yang mungkin membuat mereka merasa tidak stabil atau sulit berdiri. Pusing dapat disertai dengan rasa mual atau gangguan keseimbangan.

c. Nyeri Dada

Nyeri dada pada anak-anak dapat menjadi indikasi adanya tekanan darah tinggi. Nyeri ini biasanya dirasakan di bagian tengah dada atau sebelah kiri dan dapat disertai dengan rasa tidak nyaman atau tekanan.

2. Tanda-tanda Fisik

a. Kemerahan pada Wajah

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kemerahan pada wajah, terutama setelah aktivitas fisik atau saat anak merasa stres. Kemerahan ini biasanya terlihat di area pipi atau dahi.

b. Pembengkakan

Meskipun tidak umum, hipertensi dapat menyebabkan pembengkakan di beberapa bagian tubuh, seperti tangan, kaki, atau wajah. Pembengkakan ini mungkin menunjukkan bahwa tekanan darah tinggi mempengaruhi fungsi ginjal atau sirkulasi darah.

3. Gejala Terkait Organ

a. Gangguan Penglihatan

Tekanan darah tinggi dapat mempengaruhi pembuluh darah di mata, yang dapat menyebabkan gangguan penglihatan. Anak-anak mungkin mengeluh tentang penglihatan kabur atau melihat bintik-bintik di depan mata mereka.

b. Kelelahan atau Kelemahan

Anak-anak dengan hipertensi mungkin merasa lebih lelah atau lemah dari biasanya. Kelelahan ini mungkin disertai dengan penurunan energi atau semangat untuk beraktivitas.

4. Gejala Lain yang Mungkin Terjadi

a. Gangguan Tidur

Anak-anak dengan hipertensi mungkin mengalami gangguan tidur, termasuk insomnia atau tidur yang tidak nyenyak. Gangguan tidur ini bisa terkait dengan apnea tidur obstruktif, yang sering ditemukan pada anak-anak dengan tekanan darah tinggi.

b. Perubahan dalam Nafsu Makan

Meski tidak umum, beberapa anak mungkin mengalami perubahan dalam nafsu makan sebagai respons terhadap tekanan darah tinggi atau gangguan kesehatan yang mendasarinya.

5. Deteksi dan Evaluasi

Karena banyak gejala hipertensi pada anak-anak tidak spesifik dan bisa mirip dengan gejala kondisi lain, penting untuk melakukan pemeriksaan tekanan darah secara rutin. Pemantauan tekanan darah adalah cara terbaik untuk mendeteksi hipertensi secara dini dan memastikan bahwa anak-anak menerima perawatan yang tepat.

a. Pemeriksaan Rutin

Pemeriksaan tekanan darah selama kunjungan kesehatan adalah kunci untuk mendeteksi hipertensi pada anak-anak. Pengukuran tekanan darah yang tepat harus dilakukan dengan alat yang sesuai untuk usia dan ukuran anak.

b. Evaluasi Dokter

Jika ada tanda-tanda atau gejala yang mencurigakan, atau jika hipertensi terdeteksi, dokter akan melakukan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan penyebab yang mendasarinya. Ini bisa melibatkan tes tambahan, seperti analisis urin, tes darah, dan pemeriksaan pencitraan.