Bagaimana cara mendiagnosis striktur ureter?

Diagnosis striktur ureter melibatkan serangkaian langkah evaluasi medis yang bertujuan untuk mengidentifikasi lokasi, tingkat keparahan, dan penyebab penyempitan pada ureter. Proses ini penting untuk merencanakan pengobatan yang tepat dan mengurangi risiko komplikasi yang lebih serius seperti kerusakan ginjal atau infeksi saluran kemih berulang. Berikut adalah langkah-langkah utama dalam mendiagnosis striktur ureter:

Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik

Langkah pertama dalam mendiagnosis striktur ureter adalah melakukan wawancara medis mendalam (anamnesis) dan pemeriksaan fisik oleh dokter. Anamnesis meliputi menanyakan gejala yang dialami oleh pasien, riwayat medis, serta faktor risiko yang mungkin terkait dengan striktur ureter seperti riwayat infeksi saluran kemih berulang atau prosedur medis sebelumnya yang melibatkan saluran kemih.

Pemeriksaan fisik dapat mencakup pemeriksaan abdomen untuk menilai kemungkinan pembesaran ginjal (hidronefrosis) atau adanya nyeri pada daerah pinggang atau perut bagian bawah yang dapat menunjukkan adanya gangguan pada ureter.

Tes Pencitraan

  1. Ultrasonografi (USG):
    • USG abdomen adalah salah satu tes pencitraan yang paling umum digunakan untuk evaluasi awal striktur ureter. Meskipun USG tidak selalu mampu menunjukkan dengan jelas gambaran ureter, ini dapat memberikan informasi tentang kemungkinan hidronefrosis atau pembesaran ginjal yang menunjukkan adanya penyumbatan aliran urin.
  2. Urogram Intravena (IVU):
    • IVU melibatkan pemberian zat kontras melalui suntikan intravena, yang kemudian difilter oleh ginjal dan diekskresikan ke dalam urin. Proses ini memungkinkan dokter untuk melihat aliran urin dalam ureter dan mengidentifikasi lokasi dan tingkat penyempitan ureter dengan lebih jelas daripada USG.
  3. CT Scan atau MRI:
    • CT scan atau MRI digunakan untuk memberikan gambaran yang lebih detail tentang ginjal, ureter, dan organ sekitarnya. Ini dapat membantu dalam menilai struktur anatomi yang lebih kompleks atau jika ada kecurigaan adanya tumor atau kondisi lain yang dapat menyebabkan penyempitan ureter.

Sistoskopi atau Ureteroskopi

  1. Sistoskopi:
    • Prosedur ini melibatkan penggunaan sistoskop, sebuah alat yang dimasukkan melalui uretra untuk melihat langsung bagian dalam kandung kemih. Sistoskopi dapat membantu dalam mendeteksi adanya lesi atau kondisi yang mempengaruhi ureter dan kandung kemih.
  2. Ureteroskopi:
    • Ureteroskopi melibatkan penggunaan ureteroskop, alat yang dimasukkan melalui uretra dan kemudian melewati ureter sampai ke ginjal. Ini memungkinkan dokter untuk secara langsung memeriksa kondisi ureter, mengambil sampel jaringan untuk biopsi jika diperlukan, serta melakukan prosedur medis seperti pengangkatan batu ginjal atau dilatasi ureter.

Pielografi Retrograd

Pielografi retrograd adalah prosedur diagnostik yang lebih invasif yang biasanya dilakukan oleh ahli bedah atau radiolog untuk mengevaluasi dengan tepat struktur dan fungsi ginjal serta ureter. Prosedur ini melibatkan penyuntikan zat kontras langsung ke dalam ureter melalui kateter, yang kemudian difoto menggunakan sinar-X. Ini memberikan gambaran yang sangat detail tentang lokasi dan tingkat penyempitan ureter.

Tes Laboratorium Tambahan

Dokter juga mungkin merujuk untuk melakukan tes laboratorium tambahan seperti tes urin untuk mengecek adanya infeksi saluran kemih atau analisis darah untuk menilai fungsi ginjal dan adanya tanda-tanda peradangan.